Al Haitham dilahirkan di Basrah dekat sungai Tigris dan
mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan Ibnu Al Hasan Ibnu Haitham. Orang-orang
Eropa atau Barat lebih mengenalnya dengan nama Al Hazen. Ia dilahirkan pada
saat kebudayaan Islam mencapai zaman kejayaan, yaitu pada tahun 354 H (965 M).
Zaman ketika gencarnya kegiatan akulturasi serta penerjemahan buku-buku ilmu
pengetahuan dari Yunani, Romawi, Persia dan India. Buku-buku dan pendapat para
filusuf terdahulu dijadikannya sebagai bahan studi dan perbandingan dalam
melakukan penelitian.
Al Haitham banyak menulis karya ilmiah yang jumlahnya kurang
lebih sebanyak 200 buku dalam bidang filsafat, logika, geometri dan fisika. Karya-karya besar tersebut diperoleh
berkat kecerdasan otaknya, kerja keras dan ketekunan. Para sarjana Eropa
(barat) yang telah mendalami hasil-hasil penelitiannya mengatakan: “Al Hazen
telah mendahului Roger Bacon dalam beberapa hal.” Bukunya yang sangat terkenal
adalah yang berjudul Al Manazir (kitab tentang
cermin).
Al Haitham telah membantah teori yang dikemukakan Euclides dan
Ptolemeus yang mengatakan bahwa “mata kita menerima bayangan dari objek dengan
mengantarkan sinar tampak ke objek yang bersangkutan.” Dalam bukunya, Al
Haitham telah membuktikan bahwa proses yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu:“Bukan sinar yang dilepaskan
mata dan di terima oleh objek, tetapi bayangan objeklah yang diterima mata lalu
diteruskan oleh lensa mata.”Teori inilah yang kemudian menjadi
dasar pengembangan peralatan fotografi saat ini.
Teori
tentang susunan serta tingkatan sinar, pemantulan (refleksi) sinar, serta
perbandingan antara kekuatan dan jarak sinar juga menjadi bahan penelitian Al
Haitham. Ia mengadakan percobaan dengan sinar bulan atau sinar matahari serta
menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana. Penelitian ini telah membuatnya
menjadi orang pertama yang merintis penemuan di bidang optika.
Al Haitham juga telah meneliti fenomena “bianglala” yang disebabkan oleh refraksi
(pembiasan) cahaya matahari di atmosfer bumi. Ia memperkirakan bahwa fenomena
itu muncul ketika matahari berada pada ketinggian 19 derajat dari kaki langit
atau ketika pagi/sore hari. Hasil temuannya ini hanya berselisih satu derajat
dari perhitungan yang dilakukan saat ini, yaitu sebesar 18 derajat.
Al Haitham pernah mengatakan bahwa, “Sinar
datang pada cermin bulat yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik pusat cermin. Sinar datang dan sinar pantul terletak pada satu bidang.” Akan tetapi, saat ini kita lebih
mengenal Snellius-lah sebagai nama dari hukum-hukum pemantulan ini.
Jika
kita mengenal nama-nama bagian mata saat ini, berterimakasihlah pada jasa Al
Haitham. Ia merupakan orang pertama yang mendapatkan gambaran cukup detail
tentang struktur mata manusia. Istilah retina, kornea dan lainnya adalah
nama-nama bagian mata yang berasal saduran bahasa Arab yang disampaikan Al
Haitham.
Banyak
teori dan hasil penelitian Al Haitham ternyata sesuai dengan perkembangan ilmu
fisika sampai saat ini. Selain sebagai ilmuan besar, Al Haitham juga merupakan
ulama yang berakhlak tinggi. Ia pernah berpesan:
Hidup
manusia tidak akan memperoleh sesuatu yang lebih mendekatkan dirinya pada Allah
Subhanahuwata’ala. selain dari kebenaran ilmu pengetahuan. Berikan jasa
pada kenalanmu. Berikan pengetahuan pada yang bersedia menerimanya.
Pertahankanlah kehormatan dirimu dan agamamu.
Fisikawan dan ulama besar lulusan Universitas Al Azhar ini telah
tiada pada tahun 430 H (1038 M) dengan meninggalkan sumbangan besar bagi umat
manusia. Semoga jejaknya akan terus menyulut api semangat fisikawan generasi
selanjutnya untuk berkarya dan bertakwa kepada AllahSubhanahuwata’ala.
Sumber
gambar: wikimedia.org, wiralodra.com, islamic-study.org
Artikel yang disajikan sangat menarik. Melalui artikel ini kita dapat mengetahui bahwa tidak hanya da penemu dari kalangan orang "Bule" tapi dari kalangan orang dengan kebudayaan islam yang kuat.
BalasHapusFont dari artikel ini bisa di ratakan lagi sehingga terlihat rapi sodara :)